Kata Pengantar
Halo selamat datang di ilmu.co.id. Sholawat Wahidiyah merupakan salah satu bentuk dzikir yang banyak diamalkan oleh masyarakat Nahdlatul Ulama (NU). Sholawat ini memiliki keutamaan dan fadhilah yang luar biasa. Pada artikel ini, kita akan mengulas tuntas tentang Sholawat Wahidiyah menurut NU, mulai dari sejarah, tata cara pengamalan, hingga keutamaan dan manfaatnya.
Pendahuluan
Sholawat merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Melalui sholawat, kita dapat mengungkapkan rasa cinta dan penghormatan kepada Rasulullah SAW. Sholawat juga menjadi salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Terdapat berbagai macam sholawat yang diamalkan oleh umat Islam, salah satunya adalah Sholawat Wahidiyah. Sholawat ini diciptakan oleh Syekh Muhammad Ali bin Muhammad al-Wahidi, seorang ulama besar di zamannya. Sholawat Wahidiyah memiliki keunikan tersendiri, yaitu menggunakan susunan kata-kata yang sangat puitis dan indah.
Selain itu, Sholawat Wahidiyah juga memiliki keutamaan dan fadhilah yang sangat banyak. Dalam kitab “Fadhailus Sholawat al-Wahidiyah”, disebutkan bahwa Sholawat Wahidiyah dapat memberikan ampunan dosa, memudahkan rezeki, melancarkan hajat, dan mendatangkan ketenangan hati.
Sholawat Wahidiyah banyak diamalkan oleh masyarakat NU. NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki tradisi yang kuat dalam mengamalkan sholawat, termasuk Sholawat Wahidiyah. Tradisi ini terus dilestarikan dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Bagi masyarakat NU, Sholawat Wahidiyah memiliki makna yang sangat penting. Sholawat ini menjadi salah satu simbol keimanan dan kasih sayang kepada Rasulullah SAW. Sholawat Wahidiyah juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon pertolongan-Nya.
Pelajari lebih jauh tentang Sholawat Wahidiyah menurut NU pada sub-subjudul berikut ini.
Pengertian Sholawat Wahidiyah
Sholawat Wahidiyah adalah salah satu jenis sholawat yang diciptakan oleh Syekh Muhammad Ali bin Muhammad al-Wahidi, seorang ulama besar di abad ke-14 Masehi. Sholawat ini terdiri dari 10 bait, yang masing-masing baitnya memuat pujian dan sanjungan kepada Rasulullah SAW. Susunan kata-katanya sangat indah dan puitis, sehingga memudahkan orang untuk menghafal dan mengamalkannya.
Sejarah Singkat Sholawat Wahidiyah
Sholawat Wahidiyah diciptakan oleh Syekh Muhammad Ali bin Muhammad al-Wahidi pada abad ke-14 Masehi. Ulama besar ini berasal dari kota Zabid, Yaman. Beliau dikenal sebagai seorang ahli fikih, hadis, dan tasawuf. Sholawat Wahidiyah yang beliau ciptakan kemudian banyak diamalkan oleh masyarakat di Yaman, dan kemudian menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Tata Cara Pengamalan Sholawat Wahidiyah
Sholawat Wahidiyah dapat diamalkan dengan berbagai cara, baik secara individu maupun berjamaah. Berikut ini adalah tata cara pengamalan Sholawat Wahidiyah:
- Membaca basmalah terlebih dahulu.
- Membaca Sholawat Wahidiyah dengan khusyuk dan penuh penghayatan.
- Mengulangi pembacaan Sholawat Wahidiyah sebanyak 11, 33, atau 100 kali.
- Menutup dengan membaca doa.
Waktu pengamalan Sholawat Wahidiyah tidak ditentukan secara khusus. Namun, banyak orang yang mengamalkannya pada waktu-waktu tertentu, seperti setelah shalat, saat istirahat, atau sebelum tidur.
Keutamaan dan Manfaat Sholawat Wahidiyah
Sholawat Wahidiyah memiliki banyak keutamaan dan manfaat, baik di dunia maupun di akhirat. Berikut ini adalah beberapa keutamaan dan manfaat dari mengamalkan Sholawat Wahidiyah:
- Menghapus dosa-dosa.
- Memperoleh ampunan dari Allah SWT.
- Mempermudah rezeki.
- Melancarkan hajat.
- Mendatangkan ketenangan hati.
- Menjauhkan dari segala gangguan dan bahaya.
- Meningkatkan derajat di sisi Allah SWT.
Kelebihan dan Kekurangan Sholawat Wahidiyah Menurut NU
Sholawat Wahidiyah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan menurut pandangan NU. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan Sholawat Wahidiyah:
Kelebihan Sholawat Wahidiyah:
- Memiliki susunan kata-kata yang sangat puitis dan indah.
- Mudah untuk dihafal dan diamalkan.
- Memiliki banyak keutamaan dan manfaat.
- Banyak diamalkan oleh masyarakat NU.
- Menjadi salah satu simbol keimanan dan kasih sayang kepada Rasulullah SAW.
Kekurangan Sholawat Wahidiyah:
- Tidak ada keterangan yang jelas tentang waktu pengamalannya.
- Tidak ada ketentuan jumlah pengulangan yang pasti.
- Terkadang dikaitkan dengan praktik-praktik bid’ah.
NU menyikapi kelebihan dan kekurangan Sholawat Wahidiyah dengan bijak. NU menganjurkan masyarakat untuk mengamalkan Sholawat Wahidiyah dengan niat yang baik dan sesuai dengan tuntunan syariat.
Tabel Ringkasan Sholawat Wahidiyah Menurut NU
Aspek | Informasi |
---|---|
Pencipta | Syekh Muhammad Ali bin Muhammad al-Wahidi |
Waktu Penciptaan | Abad ke-14 Masehi |
Jumlah Bait | 10 |
Tata Cara Pengamalan | Membaca basmalah, membaca Sholawat Wahidiyah (11, 33, atau 100 kali), menutup dengan doa |
Keutamaan | Menghapus dosa, memperoleh ampunan, mempermudah rezeki, melancarkan hajat, mendatangkan ketenangan hati |
Pandangan NU | Dianjurkan untuk diamalkan dengan niat yang baik dan sesuai dengan tuntunan syariat |
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)
-
Apa perbedaan Sholawat Wahidiyah dengan sholawat lainnya?
-
Siapa pencipta Sholawat Wahidiyah?
-
Berapa jumlah bait dalam Sholawat Wahidiyah?
-
Bagaimana tata cara pengamalan Sholawat Wahidiyah?
-
Apa keutamaan mengamalkan Sholawat Wahidiyah?
-
Apa pandangan NU tentang Sholawat Wahidiyah?
-
Apakah ada waktu khusus untuk mengamalkan Sholawat Wahidiyah?
-
Apakah ada ketentuan jumlah pengulangan tertentu untuk Sholawat Wahidiyah?
-
Apakah dibolehkan membaca Sholawat Wahidiyah dalam bahasa Indonesia?
Sholawat Wahidiyah memiliki susunan kata-kata yang sangat puitis dan indah, serta memiliki banyak keutamaan dan manfaat.
Syekh Muhammad Ali bin Muhammad al-Wahidi.
10 bait.
Membaca basmalah, membaca Sholawat Wahidiyah (11, 33, atau 100 kali), menutup dengan doa.
Menghapus dosa, memperoleh ampunan, mempermudah rezeki, melancarkan hajat, mendatangkan ketenangan hati.
Dianjurkan untuk diamalkan dengan niat yang baik dan sesuai dengan tuntunan syariat.
Tidak ada keterangan yang jelas.
Tidak ada ketentuan yang pasti.
Boleh, asalkan memahami artinya.