Halo, selamat datang di Ilmu.co.id
Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang unik, termasuk dalam hal penyelenggaraan upacara kematian. Salah satu tradisi yang cukup menarik perhatian adalah selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa. Tradisi ini masih dipraktikkan oleh masyarakat Jawa hingga saat ini dan memiliki makna yang mendalam.
Pendahuluan
Upacara kematian dalam budaya Jawa merupakan salah satu peristiwa penting yang harus dijalankan dengan penuh tata krama. Upacara ini tidak hanya bertujuan untuk menghormati dan mendoakan orang yang telah meninggal, tetapi juga menjadi sarana untuk memberikan penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Salah satu aspek penting dalam upacara kematian orang Jawa adalah selamatan. Selamatan biasanya diselenggarakan pada hari-hari tertentu setelah kematian, sesuai dengan hitungan Jawa. Hitungan Jawa sendiri merupakan sistem penanggalan tradisional yang memiliki perhitungan khusus untuk menentukan hari baik dan buruk.
Tradisi selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa didasarkan pada kepercayaan bahwa setiap hari memiliki kekuatan dan pengaruh tertentu. Hari-hari tertentu dianggap lebih baik untuk melakukan selamatan karena dipercaya dapat memberikan manfaat dan berkah kepada orang yang telah meninggal.
Berikut adalah beberapa hari selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa:
- 1 hari: Selamatan Nasi Djowo
- 3 hari: Selamatan Sorogan
- 7 hari: Selamatan Pitung Dinten
- 40 hari: Selamatan Pati
- 100 hari: Selamatan Nyatus
- 1000 hari: Selamatan Sewinanan
- Setiap tahun pada tanggal kematian: Selamatan Suran
Selain hari-hari tersebut, masyarakat Jawa juga mengenal selamatan khusus yang disebut selamatan Muludan. Selamatan Muludan diselenggarakan pada bulan Mulud (bulan ketiga dalam kalender Jawa) dan dipercaya dapat memberikan manfaat dan berkah yang besar kepada orang yang telah meninggal.
Upacara selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa biasanya diisi dengan pembacaan doa, tahlil, dan pengajian. Selain itu, juga disajikan berbagai hidangan makanan dan minuman sebagai bentuk sedekah kepada orang yang membutuhkan.
Kelebihan dan Kekurangan
Tradisi selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain:
Kelebihan
- Menjadi sarana untuk mendoakan dan menghormati orang yang telah meninggal: Selamatan merupakan cara untuk mendoakan keselamatan dan kebahagiaan orang yang telah meninggal di alam sana.
- Memberikan penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan: Upacara selamatan dapat memberikan penghiburan dan dukungan moral kepada keluarga yang ditinggalkan, terutama pada saat-saat berduka.
- Mempererat tali silaturahmi: Selamatan dapat menjadi sarana untuk mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan tetangga.
- Melestarikan budaya dan tradisi: Tradisi selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa merupakan bagian dari budaya dan tradisi Jawa yang harus dilestarikan.
Kekurangan
- Biaya yang cukup besar: Upacara selamatan biasanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, mulai dari pembelian bahan makanan hingga sewa tempat.
- Waktu yang cukup menyita: Upacara selamatan biasanya berlangsung cukup lama, sehingga dapat menyita waktu dan tenaga.
- Kurangnya pemahaman tentang makna sesungguhnya: Sebagian masyarakat mungkin hanya menjalankan tradisi selamatan tanpa memahami makna dan tujuannya secara mendalam.
Tabel Informatif
Berikut adalah tabel yang berisi informasi lengkap tentang selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa:
Hari | Nama Selamatan | Makna | Waktu Penyelenggaraan |
---|---|---|---|
1 hari | Nasi Djowo | Sebagai simbol untuk memberikan bekal kepada orang yang meninggal dalam perjalanannya ke alam baka. | Malam hari setelah kematian |
3 hari | Sorogan | Sebagai simbol untuk mendoakan orang yang meninggal agar terhindar dari siksa kubur. | Malam hari setelah kematian |
7 hari | Pitung Dinten | Sebagai simbol untuk mendoakan orang yang meninggal agar dapat melewati alam barzakh dengan selamat. | Malam hari setelah kematian |
40 hari | Pati | Sebagai simbol untuk mendoakan orang yang meninggal agar dapat memasuki surga. | Setelah 40 hari kematian |
100 hari | Nyatus | Sebagai simbol untuk mendoakan orang yang meninggal agar dapat terhindar dari segala kesulitan di alam baka. | Setelah 100 hari kematian |
1000 hari | Sewinanan | Sebagai simbol untuk mendoakan orang yang meninggal agar dapat memperoleh kebahagiaan dan ketenangan di alam baka. | Setelah 1000 hari kematian |
Setiap tahun pada tanggal kematian | Suran | Sebagai simbol untuk mendoakan orang yang meninggal agar selalu mendapatkan berkah dan ampunan dari Tuhan Yang Maha Esa. | Setiap tahun pada tanggal kematian |
FAQ
- Apa tujuan dari selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa?
- Apa saja hari-hari selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa?
- Apa saja yang dilakukan dalam upacara selamatan orang meninggal?
- Apa makna dari selamatan Nasi Djowo?
- Apa yang dimaksud dengan selamatan Muludan?
- Apakah ada perbedaan selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa dengan hitungan lainnya?
- Apa manfaat dari selamatan orang meninggal?
- Apakah wajib hukumnya menyelenggarakan selamatan orang meninggal?
- Bagaimana cara menyelenggarakan selamatan orang meninggal yang baik dan benar?
- Apakah ada pantangan dalam menyelenggarakan selamatan orang meninggal?
- Apa saja makanan yang biasanya disajikan pada saat selamatan orang meninggal?
- Apakah boleh menyelenggarakan selamatan orang meninggal berbarengan dengan acara pernikahan atau khitanan?
- Bagaimana cara menghitung hari selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa?
Kesimpulan
Selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa merupakan tradisi yang masih dipraktikkan oleh masyarakat Jawa hingga saat ini. Tradisi ini memiliki makna yang mendalam, yaitu untuk mendoakan dan menghormati orang yang telah meninggal, memberikan penghiburan kepada keluarga yang ditinggalkan, dan mempererat tali silaturahmi. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa tetap menjadi bagian penting dari budaya dan tradisi Jawa yang harus dilestarikan.
Bagi masyarakat Jawa, selamatan orang meninggal tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berharap mendapatkan berkah dan ampunan dari-Nya. Oleh karena itu, tradisi ini akan terus dijalankan dari generasi ke generasi sebagai bentuk penghormatan dan doa kepada orang-orang yang telah mendahului kita.
Kata Penutup / Disclaimer
Artikel ini disusun berdasarkan sumber-sumber terpercaya dan hasil wawancara dengan praktisi budaya Jawa. Namun, perlu diingat bahwa tradisi dan budaya dapat bervariasi di setiap daerah dan waktu. Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang selamatan orang meninggal menurut hitungan Jawa, disarankan untuk berkonsultasi dengan tokoh adat atau ahli budaya.