Membedah Pengertian Novel Menurut Para Pakar: Panduan Komprehensif

Halo selamat datang di ilmu.co.id.

Halo para pecinta literasi, ilmu.co.id hadir untuk membawa Anda pada sebuah perjalanan eksploratif untuk menyingkap hakikat sebuah karya sastra yang luar biasa, yaitu novel. Dalam artikel jurnalistik ini, kita akan mendalami pengertian novel menurut pandangan para ahli terkemuka, mengupas kelebihan dan kekurangannya, serta menyajikan tabel komprehensif untuk memudahkan pemahaman Anda.

Novel, seringkali dianggap sebagai cerminan masyarakat, telah menjadi bagian integral dari lanskap sastra dunia selama berabad-abad. Dari petualangan yang mendebarkan hingga kisah cinta yang mengharukan, novel memiliki kekuatan untuk mengangkut pembaca ke dunia yang berbeda, memicu imajinasi mereka, dan menginspirasi pemikiran kritis.

Untuk memahami esensi novel secara mendalam, penting untuk mengeksplorasi berbagai definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli sastra. Dengan meneliti perspektif beragam ini, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang genre sastra yang menakjubkan ini.

PENDAHULUAN

Novel, sebagai bentuk seni sastra, memiliki sejarah panjang dan definisi yang beragam. Para ahli sastra telah meneliti dan menafsirkan pengertian novel dari berbagai sudut pandang, menghasilkan berbagai definisi yang mencerminkan perspektif unik mereka.

Pada bagian ini, kita akan mengupas tujuh definisi novel yang dikemukakan oleh para ahli terkemuka, mengeksplorasi aspek-aspek penting dari masing-masing definisi, dan menyoroti kesamaan dan perbedaan di antara berbagai perspektif.

Pengertian Novel Menurut Para Ahli

1. Definisi E.M. Forster

E.M. Forster, seorang novelis dan kritikus sastra Inggris ternama, mendefinisikan novel sebagai “sebuah cerita fiktif dalam bentuk prosa yang cukup panjang untuk memenuhi sebuah buku atau lebih.”

Definisi ini menyoroti tiga aspek utama: fiksionalitas, prosa, dan panjang. Forster menekankan bahwa novel haruslah fiktif, artinya tidak didasarkan pada kisah nyata, tetapi diciptakan dari imajinasi penulis.

2. Definisi Ian Watt

Ian Watt, seorang kritikus sastra Inggris, mendefinisikan novel sebagai “sebuah karya fiksi naratif yang cukup panjang untuk memenuhi sebuah buku, yang menampilkan karakter dan peristiwa yang realistis secara umum.”

Definisi Watt memperluas definisi Forster dengan menambahkan elemen realisme. Watt berpendapat bahwa novel harus menyajikan karakter dan peristiwa yang dapat dipercaya, sehingga menciptakan kesan realitas bagi pembaca.

3. Definisi Georg Lukács

Georg Lukács, seorang kritikus sastra dan filsuf Hungaria, mendefinisikan novel sebagai “sebuah epik borjuis dalam bentuk prosa.”

Definisi Lukács menghubungkan novel dengan perkembangan masyarakat borjuis. Ia berpendapat bahwa novel muncul sebagai bentuk sastra yang mencerminkan nilai-nilai, aspirasi, dan konflik masyarakat borjuis yang sedang berkembang.

4. Definisi James Wood

James Wood, seorang kritikus sastra Inggris, mendefinisikan novel sebagai “sebuah karya fiksi prosa yang panjang, kompleks, dan serius yang memberikan rasa hidup yang nyata bagi pembaca melalui penciptaan dunia imajiner.”

Definisi Wood menekankan kompleksitas dan keseriusan novel. Ia berpendapat bahwa novel haruslah lebih dari sekedar cerita pengalih perhatian, tetapi harus memberikan pengalaman mendalam yang mensimulasikan realitas.

5. Definisi David Lodge

David Lodge, seorang novelis dan kritikus sastra Inggris, mendefinisikan novel sebagai “sebuah karya fiksi yang ditulis dalam bentuk prosa, biasanya panjangnya melebihi empat puluh ribu kata, dan biasanya bercerita tentang kehidupan karakter dalam jangka waktu tertentu.”

Definisi Lodge memberikan batas panjang spesifik untuk novel, meskipun ia mengakui bahwa tidak ada aturan yang tegas mengenai panjangnya. Ia juga menekankan bahwa novel biasanya berfokus pada pengalaman hidup karakter, bukan pada peristiwa atau tindakan.

6. Definisi M.H. Abrams

M.H. Abrams, seorang kritikus sastra Amerika, mendefinisikan novel sebagai “sebuah karya fiksi prosa yang naratif, cukup panjang untuk memenuhi sebuah buku, dan biasanya lebih realistis daripada kisah romantis atau dongeng.”

Definisi Abrams menyoroti sifat naratif dan realistis dari sebuah novel. Ia membedakan novel dari genre fiksi lainnya yang mungkin lebih fantastis atau romantis.

7. Definisi John Gardner

John Gardner, seorang novelis dan guru menulis kreatif Amerika, mendefinisikan novel sebagai “sebuah cerita fiktif yang dibuat dengan serius dan dieksekusi dengan terampil, disusun dalam prosa, cukup panjang untuk memenuhi sebuah buku, dan dibaca dengan tujuan untuk memberikan kesenangan estetika.”

Definisi Gardner menekankan tujuan estetika sebuah novel. Ia berpendapat bahwa novel harus memberikan kesenangan dan kepuasan bagi pembaca melalui penggunaan bahasa yang indah dan penceritaan yang terampil.

Kelebihan dan Kekurangan Pengertian Novel Menurut Para Ahli

Setiap definisi novel yang dikemukakan oleh para ahli memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Berikut adalah pembahasan mendalam tentang kelebihan dan kekurangan dari tujuh definisi yang telah diuraikan di atas:

Kelebihan Definisi E.M. Forster:

  • Sederhana dan mudah dipahami.
  • Mencakup aspek-aspek penting dari sebuah novel, yaitu fiksionalitas, prosa, dan panjang.

Kekurangan Definisi E.M. Forster:

  • Terlalu umum dan tidak membedakan novel dari genre fiksi lainnya.
  • Tidak mempertimbangkan aspek-aspek penting lainnya dari sebuah novel, seperti realisme dan kompleksitas.

Kelebihan Definisi Ian Watt:

  • Memperkenalkan elemen realisme, yang membedakan novel dari bentuk fiksi lainnya.
  • Mempertimbangkan konteks sosial dan sejarah kemunculan novel.

Kekurangan Definisi Ian Watt:

  • Masih terlalu umum dan tidak memberikan batasan yang jelas mengenai realisme dalam novel.
  • Tidak mempertimbangkan aspek-aspek penting lainnya dari sebuah novel, seperti kompleksitas dan tujuan estetika.

Kelebihan Definisi Georg Lukács:

  • Menghubungkan novel dengan perkembangan masyarakat tertentu, memberikan konteks sosial yang lebih luas.
  • Memperkenalkan konsep epik borjuis, yang menyoroti peran novel dalam merefleksikan nilai-nilai dan konflik masyarakat borjuis.

Kekurangan Definisi Georg Lukács:

  • Terlalu spesifik dan hanya berlaku untuk novel-novel yang berfokus pada masyarakat borjuis.
  • Tidak mempertimbangkan novel-novel yang mungkin tidak memiliki dimensi sosial yang kuat.

Kelebihan Definisi James Wood:

  • Menekankan kompleksitas dan keseriusan sebuah novel, yang membedakannya dari bentuk-bentuk fiksi yang lebih ringan.
  • Mempertimbangkan tujuan estetika sebuah novel, yaitu memberikan kesenangan dan kepuasan bagi pembaca.

Kekurangan Definisi James Wood:

  • Terlalu subjektif dan bergantung pada interpretasi pribadi pembaca mengenai apa yang dianggap “kompleks” dan “serius”.
  • Tidak memberikan batasan yang jelas mengenai panjang atau bentuk novel.

Kelebihan Definisi David Lodge:

  • Memberikan batas panjang spesifik untuk novel, meskipun masih fleksibel.
  • Menekankan fokus novel pada pengalaman hidup karakter, yang membedakannya dari genre fiksi lainnya yang mungkin lebih plot-sentris.

Kekurangan Definisi David Lodge:

  • Batas panjang yang diberikan mungkin agak sewenang-wenang.
  • Tidak mempertimbangkan aspek-aspek penting lainnya dari sebuah novel, seperti kompleksitas dan tujuan estetika.

Kelebihan Definisi M.H. Abrams:

  • Membedakan novel dari genre fiksi lainnya berdasarkan sifat naratif dan realistisnya.
  • Mempertimbangkan panjang sebagai faktor pembeda antara novel dan bentuk fiksi yang lebih pendek.

Kekurangan Definisi M